A. Pendahuluan
Perubahan gaya hidup di setiap mobilitas manusia mengalami ketidakpatuhan yang begitu signifikan, maraknya konsumsi obat-obatan yang beraneka macam menjadikan pemakai obat bisa salah memberikan takarannya. (Nurul Laili, 2019) Bagaimana kemudian orang bisa selalu segar bugar ketika pola dalam memberikan fasilitas kesehatan pada tubuhnya secara demikian. Belum lagi fenomena merasa tidak puas dengan tubuh yang mereka miliki, mengangap dirinya memiliki banyak uang sehingga bisa seenaknya sendiri tanpa memperhatikan betul petunjuk dan saran dari para ahli kesehatan.
Metode pengobatan alternatif yang secara merata sudah biasa dilakukan oleh beberapa masyarakat Indonesia. Bentuk peduli atas hal-hal yang kiranya bermanfaat bagi keberlangsungan tubuh di ambil dari sumber daya alam sekitar mulai dari tumbuh-tumbuhan, hasil positif dari pada produk hewan-hewan yang diangap merugikan manusia seperti madu dari lebah, air liur dari pada tokek, bahkan minyak babi yang kalau bisa diolah secara baik juga bisa membantu tubuh manusia untuk bisa selalu sehat. (Angelia Putriana, 2022) Pada era sekarang pengobatan tradisional ini biasa dikenal dengan nama Complementary Alternatuve Medicine (CAM). (Muhammad Bagus Rinaldi, 2020)
Cara pengobatan ini sudah jelas pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada masa nabi salah satu yang dianjurkan nabi ketika melakukan pengobatan yaitu menggunakan bekam dan minum madu. (Alfandi Ilham Safarsyah, 2019) Pengobatan yang rasul pernah ajarkankan pun sesuai dengan inti dari sasaran penulisan ini, yaitu pola pengobatan menggunakan bahan-bahan herbal atau tradisional. Salah satu dari sekian meode pengobatan alternatif adalah Gurah yang biasa juga dilakukan oleh para pengidap penyakit hipertensi atau tekanan pada darah dan juga para munsyid sholawat guna menjadikan suara lebih ringan dan kuat pada tataran nada tinggi. (Evelyn Nady Damanti, 2021)
Pengobatan gurah diyakini memiliki keuntungan yang lebih mulai dari minimnya dalam anggaran rumah tangga meskipun akses untuk mendapatkannya diperlukan energi yang lumayan payah, sampai pengolahan yang bisa memberikan takaran sendiri baik aspek higenis dan kekuatan tubuh dalam konsumsinya. Ada salah satu Pondok Pesantren yang bernama Bitur Rohman yang beralamatkan desa Kajeksan, Tulangan, Kab. Sidoarjo. Di dalam pondok ini mereka menggunakan pengobatan gurah untuk merehabilitasi para santri yang candu terhadap narkoba, yang dikatakan oleh salah satu pengurusnya melalui tiga bentuk sasaran gurah, yaitu Gurah mata, Gurah hidung, dan Gurah perut dan kemudian dilanjutkan dengan totok, dan terapi menggunakan bahan-bahan herbal. (Rohman, Siswo. 2020)
Kemudian ada juga salah satu dusun di daerah Kab. Blitar Jawa Timur yang hampir semua warganya pegiat atau penyedia pengobatan Gurah. Tidak bisa dipungkiri dengan komoditas pengobatan alternatif seperti ini, mereka bisa merasakan kepuasan dan ketenangan di saat sebelum, proses, dan pasca pengobatan, tanpa adanya keluhan atau protes dari setiap pasien yang berobat di dusun tersebut. (Wawancara singkat) Menurut warga setempat paling banyak pasien yang dating karena atas keluhan untuk menambah kebugaran tubuh dan para qori’ guna memberishkan lender-lendir yang ada di jalan keluarnya suara.
B. Pengobatan di era Nabi dan Gurah
Pengobatan pada masa nabi sebenarnya juga banyak yang kemudian cara pengobatannya hanya dengan menggunakan beberapa ayat dalam al-Qur’an. Seperti halnya pengobatan nabi menggunakan surat Al-Fatihah, yang mana pernah dilakukan oleh Abu Said al-Khudry yang menceritakan bahwa seorang pemimpin Kabilah bisa sembuh dari gigitan serangga karena terobati dengan bacaan surat Al-Fatihah. (Alhaddar. 2020) Sebenarnya tidak hanya ayat itu saja yang kemudian memiliki fadhilah diguanakan, semua ayat al-Qur’an yang memang terindiaksi secara kontekstual mengandung do’a bisa dijadikan salah satu wasilah penyembuhan setiap penyakit pada diri setiap makhluk.
Pengobatan pada masa nabi pada prakteknya tidak serepot dan semahal dengan model-model pengobatan konvensional seperti zaman sekarang. Pada masa nabi ada tiga bahan alami diambil dari beberapa kekayaan alam seperti halnya habbatus sauda’, zaitun, dan madu, dan ada lagi praktik pengobatan tradisional lainnya seperti bekam dan kay akan tetapi nabi melarang praktek kay ini. Pengobatan-pengobatan ini telah jelas diterakan di dalam hadis nabi dan penjelasan para ulama’ dalam kitab-kitab yang beliau karang seperti halnya kitab Fath al-Barri. Nabi pernah bersabda atas pengobatan Gurah ini:
حَدَّثَنِي الْحُسَيْنُ ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ شُجَاعٍ ، حَدَّثَنَا سَالِمٌ الْأَفْطَسُ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : ” الشِّفَاءُ فِي ثَلَاثَةٍ : شَرْبَةِ عَسَلٍ، وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ ، وَكَيَّةِ نَارٍ، وَأَنْهَى أُمَّتِي عَنِ الْكَيِّ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahim telah mengabarkan kepada kami Suraij bin Yunus Abu al-Harits telah menceritakan kepada kami Marwan bin Suja’ dari Salim al-Afthas dari Sa’id bin Jubair dar Ibnu Abbas dari Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “terapi pengobatan ada tiga cara, yaitu; berbekam, minum madu dan kay (menempelkan besi panas pada tubuh yang terluka), sedangkan aku melarang umatku berobat menggunakan kay. (HR. Bukhari No. 5680)

Dalam kitab Fatkh al-Bari karangan dari pada Ibn Hajar al-Asqalani yang mana kitab merupakan sarkh dari pada kitab Shakhih Bukhari menjelaskan bahwa sebenarnya hadis diatas memiliki penjelasan di dalam sabda nabi yang lain terkhususkan ketika menyebutkan tentang cara pengobatan yang terakhir. (Ibnu Hajar al-Asqalani, 773H) Dijelaskan bahwa pengobatan sebagaimana hadis di atas penyakit yang ada pada tubuh manusia bersifat panas dan dingin, ketika semua yang dirasakan tubuh bersifat panas sebagaiamana darah yang bercucuran pertama kali bolehlah menggunakan pemanas untuk membuatnya mampet, akan tetapi jika penyakit tu bersifat dingin tidak menggunakan setrika atau pemnghantar panas lainnya.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Macam-macam Gurah
- Gurah Hidung dan Gurah Mulut
Gurah hidung sediri adalah pembersihan segala kotoran yang ada di sekitar hidung dan area yang memiliki sambung denga hidung seperti area terdekat yaitu tenggorokan dan mulut begitupun sebaliknya. (Wati N Y. 2019) Manfaat dari praktek kedua gurah ini adalah membersihkan segala lender yang ada pada daerah hidung dan mulut bahkan ketika kedua gurah ini dilakukan secara bersamaan bisa membersihkan lender yang ada pada tenggorokan. (Wawancara) Bagi para pengidap penyakit asma dan batuk yang berkepanjangan biasa melakukan gurah ini, karena dianggapnya ada penyumbatan secara licin tapi berat, yang ada di daerah hidung dan mulut.
Dari wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, bahan yang dipakai dalam praktek gurah ini adalah Pertama, menggunakan madu dari lebah lanceng yang secara bentuk mereka memiliki postur tubuh yang kecil dan rumah atau susuh yang juga identik kecil. Kedua, daun sere yang di dumbuk secara halus kemudian yang diambil bukan ampas dari daun tersebut melainkan air perasan itu sendiri. Ketiga, cabe yang juga di dumbuk secara halus dengan pengambilan tidak dari perasan air akan tetapi dumbukan halus dari cabe itu sendiri. Untuk bahan cabe ini sedikit bagi para pasien yang menggunakannya, dikarenakan efek sesaat yang begitu panas di daerah mulut dan hidung. (Wawancara) Tahapan yang perlu dilakukan dalam gurah hidung dan mulut ini yaitu Pertama, pasien untuk duduk dan menatap keatas sampai posisi hidung dan mulut berada pada posisi rata dengan leher. Kedua, tabib memasukkan cairan yang sudah dipilih dari sekian bahan yang sudah di paparkan di atas secara sedikit demi sedikit. Ketiga, pasien untuk tidur secara tengkurap dan posisi kepala mengantung dari atas permukaan tanah, dengan posisi hidung dan mulut terbuka lebar. Ketahanan pasien dalam proses ini selama kurang lebih satu sampai dua jam, sampai lendir yang keluar dari kedua lubang ini dirasa sudah habis. Terakhir, pasien duduk kembali sejenak sampai benar lender tidak keluar lagi dari hidung maupun mulut. (Wawancara)
- Gurah Vagina
Pada praktek gurah ini maksud dan tujuan adalah bagi para wanita yang memiliki lender secara berlebihan pada daerah vagina, atau biasa juga oleh para wanita pengidap penyakit keputihan. Tahapan yang dilakukan adalah pasien di arahkan untuk mengoleskan cairan dari bahan yang sudah disiapkan oleh tabib gurah. (Wati N Y. 2019) Secara spesifiknya penulis tidak menemukan data yang banyak dari gurah vagina ini, namun di salah satu dusun yang ada di Blitar memang juga ada yang membuka praktek gurah ini. Namun, karena keterbatasan akses untuk wawancara menjadi gurah macam ini tidak menjadi arah kajian penulisan ini.
Dari ketiga bentuk pengobatan gurah yang menjadi menurut penelitian yang dilakukan penulis, kedua praktek gurah ini merupakan gurah yang banyak diminati oleh para pasien dan memang secara penyedia, gurah hidung merupakan komoditas gurah yang paling banyak. Gurah hidung dan mulut dianggap memiliki tingkat efesien yang lebih tinggi dalam meringankan kesehatan badan. Karena dari kedua lubang ini manusia mengawali dan bertahan hidup. Ketika hidung dan mulut ini memiliki kesehatan yang sempurna maka komsumsi baik udara, makan, maupun minuman yang masuk ke dalam tubuh juga dalam keadaan normal. Akan tetapi yang perlu digaris bawahi adalah bukan berarti anggota badan lain tidak dianggap vital, namun diabandingkan kedua lubang ini lebih awal dalam proses percernaan pada diri manusia. (Fakhriani. R, Amsriza. R.F. 2023)
2. Korelasi Gurah dengan Pengobatan Masa Nabi
Sebagaimana yang telah penulis katakan di pendahuluan bahwa implikasi adanya penelitian ini adalah sudah sesuaikah praktek gurah ini dengan dengan pengobatan masa nabi dan implikasi positif ya g diterima oleh masyarakat. Kita tahu bahwa kontestasi pengobatan ala nabi secara fakta yang terjadi adalah menggunakan bahan alami, terlepas apakah karena belum adanya pengobatan konvensional atau memang warga arab hanya mengikuti apa yang nabi perintahkan dan nabi lakukan. (Maftuh. R. 2019) Yang pasti dari segi tingkat kesembuhan dan lamanya kambuh penyakit tersebut, tidak diragukan lagi, meskipun harus menunggu waktu yang lebih lama dibandingkan pengobatan konvensional pada masa sekarang.
Oleh: M Hanafi Burhanuddin | Magister UIN Sunan Kalijaga | hanafiburhan9@gmail.com