Jum’at tanggal 30 Maret 2018 kemarin aku diundang menjadi pengisi acara organisasi yang dulu pernah aku ikuti. katanya aku dianggap “senior” jadi ketika ada acara penerimaan anggota baru aku diundang untuk sharing pengalaman.
Tempat acaranya lumayan jauh dari tempat tinggal ku, sekitar satu jam lebih 10 menit-lah. aku diminta ngisi disesi sharing-sharing pada pukul 13.00, dalam hati; “waduh ini acara hari jum’at jam satu siang, perjalanan satu jam lebih, kalo berangkat habis jum’atan gak cukup, mana sekarang sering macet, lagi long weekend juga”
Akhirnya aku putuskan untuk berangkat ke lokasi acara sebelum jum’at-an. aku berangkat jam 11.10 dengan estimasi waktu kalo perjalanan lancar nanti bisa sembahyang jum’at di lokasi acara, atau sekiranya gak cukup bisa jum’at-an di jalan (masjid) yang deket lokasi acara.
Pukul 11.10 aku berangkat, cuaca sangat terik, dan benar saja kemacetan pun tak terhindarkan, ku lirik jam tangan menunjukan waktu hampir jumatan, 11.45, sedangkan aku lihat jarak tempuh di map menuju lokasi masih 43 menit. akhirnya aku putuskan untuk mencari masjid, jum’atan dulu sembari istirahat.
Aku berhenti di sebuah Masjid yang lumayan besar, aku lihat jamaah belum begitu rame, akirnya aku putuskan untuk tahiyyatul masjid, terus aku duduk sambi bersender di tiang masjid. dan ASTAGFIRULLAH, aku kaget, ini masjid aliran apa? tanpa adzan tanpa khotbah langsung qomat. dengan malas dan setengah ngantuk akhirnya aku berdiri untuk sembahyang jum’at sampe selesai. kemudian aku nanya sama jamaah yang di samping ku sambi salaman. “Maaf pak de, ini masjid aliran apa yah?” pak de nya terkejut sambil menjawab, “ahlussunah wal jama’ah mas”. aku tanya lagi, “kok gak pakai adzan dan khotbah yah pak de?”. sambil marah dan melotot pak de yang aku tanya tadi menjawab “mas, koe ki mau mlebu masjid terus turu. yo pantes ora krungu adzan karo khotbah. lah koe ki yo mau aku sing nangekke……!!!!”. aku…….~!@#$%^&*()_+…….heu…..heu…..heu….33x.